BANDUNG – Pengamat politik nasional Ray Rangkuti menilai keputusan Gubernur Ridwan Kamil yang sementara ini memilih fokus di Jawa Barat dalam kontestasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jabar 2024 sangat realistis.
Berpindahnya pusat pemerintahan dari DKI Jakarta ke Kalimantan, katanya, akan memengaruhi episentrum politik nasional.
Jawa Barat bisa menjadi salah satu potensi episentrum politik nasional yang baru, pengganti DKI Jakarta.
“Saya kira itu pilihan realistis, di Jakarta pun belum tentu sambutannya sebesar di Jawa Barat,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Senin (13/3/2023) malam.
“Tapi lebih dari itu, tren DKI Jakarta sebagai pusat peningkatan karier politik di 2024 juga akan berkurang.”
“Sekarang, kan, menunggu episentrum politik baru setelah DKI Jakarta, seiring berjalannya atau berpindahnya pusat pemerintahan, IKN ke Kalimantan.”
“Bisa Jawa Barat, Jawa Tengah atau Jawa Timur (episentrum politik nasional).”
Ia menilai jika Ridwan Kamil mengambil kembali langkah di Pilgub Jawa Barat, hal ini tidak terlalu buruk karena Jawa Barat berpotensi juga menjadi episentrum politik nasional pada 2029.
Mengenai banyaknya hasil survei yang mencuatkan nama Ridwan Kamil sebagai cawapres alternatif, dia menilai kans tersebut bisa dikatakan agak mustahil.
Pasalnya, Partai Golkar yang menaungi Gubernur Jabar tersebut telah mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto, baik sebagai capres maupun cawapres.
“Cawapres alternatif itu enggak akan, terlalu cepat. Beliau butuh sekali lagi untuk naik, karena tantangannya bukan di luar saja. Tapi di internal Partai Golkar juga.”
“Bagaimana orang baru, tiba-tiba naik menjadi cawapres itu bisa membuat ricuh di lingkaran Partai Golkar,” ucapnya.