Site icon Seputar Jabar

Dampak Kebakaran di TPA Sarimukti Bupati Sebut Status Kabupaten Bandung Kini Siaga Sampah

BANDUNG – Adanya kebakaran di TPA Sarimukti Kabupaten Bandung Barat, sampah menjadi permasalahan serius bagi wilayah Bandung Raya, begitu juga untun Kabupaten Bandung.

Menurut Bupati Bandung, Dadang Supriatna, dengan jumlah penduduk 3,72 jiwa, mengeluarkan sampah perharinya 1300 ton untuk Kabupaten Bandung.

“Saat ini, tinggal menyisakan 300 ton (sampah perharinya). Insya Allah besok, saya akan launching di 4 lokasi yang menghasilkan RPF (refuse derived fuel),” kata Dadang, di TPST Oxbow Cicukang, Margaasih, Kabupaten Bandung.

Dadang mengaku, akan selalu mencari inovasi termasuk ada pembakaran yang sifatnya ramah lingkungan, dan lain sebagainya.

Dadang mengatakan, pihaknya membuat pengelolaan sampah dengan proses produksi RPF pada tahun ini di 4 titik dan tahun depan 7 titik, diharapkan dapat mengurangi sampah dan pada akhirnya tak harus ada TPA lagi.

“Targetan dua tahun ke depan ini, kita tidak usah ada TPA lagi,” kata Dia.

Dadang mengaku, itulah salah satu inovasi yang akan terus pihaknya lakukan, sehingga Kabupaten Bandung, terkait urusan sampah bisa selesai ditempat tanpa ada masalah.

Saat disinggung kondisi sampah di Kabupaten Bandung akibat kebakaran di TPA Sarimukti, Dadang mengatakan, untuk Kabupaten Bandung, masih siaga sampah.

“Siaga di sini, kita bukan diam tapi kita mencari inovasi, yang biasanya 200 ton perhari (pembuangan ke TPA Sarimukti) saat ini hahya di batas 120 ton, saya kira bagi Kabupaten Bandung itu tidak masalah,” katanya.

Dadang mengaku, besok pihaknya akan mulai pengelolaan sampah, dari 4 lokasi RDF bisa mengelola 100 ton perhari.

“Jadi kalau 4 lokasi ini bisa menyelesaikan 100 ton, hanya 200 ton lagi. Kalau sarimukti hanya menampung 180 ton, berarti kita harus membuat penanganan yang 80 ton lagi,” tuturnya.

Dadang mengatakan, dalam pengelolaan sampah dibagi beberapa item, untuk organik diberikan untuk maggot.

“Sampah plastik itu di cacah sehingga menjadi biji plastik,” katanya.

Dadang mengungkapkan, sebelum masuk ke residu hybrid, semua dari hasil hybrid ini, jadi bahan untuk RDF.

“Dari hasil RDF tersebut karena sudah ada offtaker, sudah ada beberapa perusahan yang mana dari RDF ini bisa dijual per ton nya sekitar Rp 790 ribuan,” tuturnya.

Sehingga, kata Dadang, nilai ekonomis dari sampah, ini bisa menghasilkan keuangan.

“Ke depannya jika pengolahan sampah ini sudah berjalan lancar, bagus, dan maksimal, nanti pengelolaanya bisa diberikan ke BUMD,” ucapnya.

 

Exit mobile version