BANDUNG – Untuk mengetahui penyebab tabrakan Kereta Api Turangga dan Kereta Api Lokal Bandung Raya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan investigasi.
KNKT akan mewawancarai para petugas di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur Rancaekek dan membuka data black box, untuk mengungkap fakta di balik insiden tabrakan kereta api di Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Menurut Ketua KNKT Dr Ir Soerjanto Tjahjono, sejak kemarin pihaknya mewawancarai karena sebelumnya di hari kejadian, fokus kepada penanganan korban.
“Kami interview dengan petugasnya dan mengambil semua data yang ada di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur,” kata Soerjanto, di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu (6/7/2023).
Menurut Soerjanto, petugas di stasiun yang mengatur jadwal pemberangkatan kereta api juga akan dijadwalkan untuk diwawancarai.
“Apa yang mereka rasakan dan alami, nanti kita akan cocokkan dengan data loger yang kita baca di Stasiun Haurpugur dan di Cicalengka maka kita akan periksa di kedua keterangan itu,” kata Soerjanto.
Terus, kata Soerjanto, nanti pihaknya akan mencari kira-kira apa penyebabnya.
“Kok bisa seperti ini, yang pasti kan terjadi kecelakaan, itu faktualnya. Nah, kita sedang mencari kenapanya,” ujar dia.
Para petugas di Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka diwawancara sebab kejadian tabrakan tersebut berada di antara kedua stasiun tersebut.
“Sampai hari Senin (pengumpulan data wawancara),” katanya.
Selain itu KNKT juga akan memeriksa black box dari stasiun dan lokomotif yang terlibat tabrakan.
“Nah data black box di setiap stasiun, itu mungkin agak berbeda, nanti kami akan menanyakan kepada pihak LAN atau pihak KAI untuk mengajari signal ini, kodenya apa dan gimana. Setelah kami tau, kami mempelajari, kami butuh waktu kurang lebih satu atau dua minggu,” ujar dia.
Kemudian kata Soerjanto, pihaknya berusaha untuk mengambil data black box dari lokomotifnya.
“Nah, lokomotifnya kan memang dalam kondisi rusak, apakah memang gampang diambil atau harus diambil terus kita pasang di unit yang bagus yang bisa baca data dari lokomotif,” kata dia.
Soerjanto mengatakan, kalau itu lancar, analisisnya bisa dipercepat.
“Nah, kadang kalau udah rusak, kita butuh melakukan perbaikan dulu sehingga bisa memakan waktu sampai satu bulan, baru kebaca, baru kita bisa menganalisis datanya,” ucapnya.