Empat hari paska terjadinya bencana angin ribut yang disebut mirip Tornado di wilayah Rancaekek dan sekitarnya, para korban mengaku masih mengalami trauma saat mendengarkan suara kencang.
Tornado yang terjadi di beberapa wilayah seperti Jatinangor dan Sebagian Rancaekek ini berlangsung hanya 3 menit pada 21 Februari 2024 sekitar pukul 16.00 WIB.
Namun dampak yang ditinggalkan sangat merusak rumah warga, dan tidak sedikit yang mengalami trauma, karena melihat secara langsung pusaran angin berwarna hitam diatas awan, yang menerbangkan berbagai benda seperti genting, atap baja ringan, kayu hingga berbagai potongan besi.
Suara yang ditimbulkan oleh angin tersebut sangat kencang, berasal dari benturan berbagai benda yang diterbangkannya, hingga membuat warga yang melihatnya ketakutan.
Nahasnya lagi, bencana tidak hanya terjadi sekali, setelah dihajar angin ribut yang menerbangkan atap rumah warga, tiba-tiba hujan deras datang sehingga air mengguyur masuk kedalam rumah warga yang sudah tidak beratap karena terbang.
Banyak kasur, sofa dan berbagai barang didalam rumah basah terkena guyuran air hujan, bahkan yang membuat haru adalah beras dan berbagai makanan juga rusak karena basah dan tidak bisa dikonsumsi.
Seorang warga bernama Rohayati harus kehilangan dapurnya karena ambrol tergerus angin. Janda berusia 58 tahun tersebut hanya bisa pasrah saat mengetahui kondisi rumahnya, semua atap dirumahnya terbang, sehingga warga berupaya gotong royong menutupi rumahnya menggunakan terpal.
Hal ini disebutkan Ketua RT setempat sebagai upaya sementara karena Ibu Rohayati belum mampu membeli genteng penggganti yang sudah terbang.
Saat wawancara dnegan Jabar Ekspres, Rohayati mengaku masih ketakutan saat melihat langit mendung, karena sebelum kejadian, langit diatas rumahnya sangat hitam dan bergulung-gulung.
Dia juga menceritakan, saat kejadian dia sedang sholat ashar, dan mendengar suara sangat kencang dari belakang rumahnya. Setelah Sholat dia melihat banyak warga yang keluar rumah sambil teriak-teriak panik. Lalu dia mencari tahu kebelakang rumahnya, ternyata tembok dapur miliknya sudah menghilang, dan pemandangan kebon dibelakang rumahnya terpampang didepan matanya.
Hal yang sama juga terjadi dengan tetangga Rohayati bernama Juariah (54), dia mengaku masih gemeteran saat mendengar suara gemuruh atau petir.
Warga mengaku sedang melakukan upaya perbaikan rumahnya dengan cara swadaya.
“Minimal tidak bocor dan terlindung dari panas.” Ujar Juariyah yang menunjukkan tiang antenanya yang patah dan roboh menimpa rumahnya.